Pernah ku merasa gundah
Saat tepian waktu menepatkan barisan rapuh itu dihadapan
Segerombolan manusia tanpa warna
Mereka luluh diantara gontaian masa
Semakin pudar
Entah....
Karena rajutan lilin-lilin putih yang mulai redupkah
Atau hingar bingar sosok manusia lain yang
Terlalu angkuh untuk berhenti meski hanya
Sekedar menyapa
Hatiku sedikit lirih
Sesekali begumam
Hah...
Bahkan bayangankupun tak berani
Kuhadirkan dalam alur khayalan pengandaianku
Mungkin aku terlalu naif
Atau kondisi mereka yang terlalu...
Ingin rasanya menutup mata rapat-rapat
Berlalu tanpa harus melihat
Aku hanya pilu
Tak mampu berbuat banyak
Beraniku Cuma sebiji sawi
Bukan segumpal matahari yang mampu
Bersinar bahkan mebakar terik planet ini
Tiba-tiba lamunanku bertumpu di satu lini
Menerobos terowongan gelap dengan
percepatan sepersekian detik...
hup... dan aku tersentak
My GOD
Dibelakangku ?? depan?? Samping??
Mereka menyerangku
Tak membiarkan ku bernafas
Makin sesak
Mereka semakin banyak
Seratus, seratus satu, dua...
Aku tak dapat mengitung
Terlalu banyak
Mereka menjamah pakaianku
Menarik lenganku
Hingga... hah .. tanganku putus
Lalu memakannya
Sekejap darah segar mengalir
Tak berhenti disitu
Sekelompok yang lain menggamit kedua kakiku
Menariknya hingga putus
Yang tersisa hanya kepalaku
mereka membiarkannya pergi
Berharap sampaikan epik ini pada dunia
Pada konglomerat yang berhati melarat
Kepada aparat yang bertindak seenak jidat
Pada petugas yang tak pernah tegas
Dan
Kepalaku
Kembali sejurus bersama khayalan
Aku terperaanjat..
Terdiam tanpa jeda
Berfikir tanpa usai
Terduduk sambil mendapati pengemis tua yang berjalan menujuku
By: Nariez xhu dyne
Tidak ada komentar:
Posting Komentar